Kemarau, Penyuluh Tala tetap Kawal Petani Produksi Jagung

Kemarau, Penyuluh Tala tetap Kawal Petani Produksi Jagung

PELAIHARI - Untuk mewujudkan sasaran produksi nasional 33,957 juta ton di tahun 2020, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan mendukung dengan luas tanam 4.258 hektare di Musim Kemarau (MK) ini. 

Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi jagung di tahun 2020 bisa mencapai sekitar 33,957 juta ton peningkatan produksi jagung hibrida dengan sasaran lahan 2 juta hektare. 

Untuk merealisasikan itu tidak mudah, tapi bukan hal yang tidak mungkin. Diperlukan kerja sama yang baik seluruh jajaran petugas di lapangan untuk bantu petani.

Seperti yang disampaikan Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi dalam suatu kesempatan bahwa Penyuluh dan Petani harus dapat berkolaborasi untuk mewujudkan ketahanan pangan.

Kerja keras sejumlah petugas penyuluh dan petani di Panyipatan tidak sia-sia. 

Kasi Produksi Tanaman Pangan Dinas TPH Bun Kabupaten Tanah Laut, Dhenok Nuniek Auliya SP menyebut capaian luas tanam tertinggi pada MK ini adalah Kecamatan Panyipatan, Senin (22/6/2020).

“Varietas jagung yang ditanam adalah  Bisi 18 dan NK 212 dengan potensi hasil  bisa 8 sampai 9 ton per hektare JPKP (Jagung Pipil Kering Panen) dengan kadar air 28 sampai 31 persen,” tutur Dhenok.

Dhenok menambahka, Varietas ini diminati petani karena pertumbuhannya yang relatif baik, hasil tinggi, dan tidak hancur saat dilakukan perontokan.

Rohana, Penyuluh Pertanian sekaligus Mantri Tani Kecamatan Panyipatan mengungkapkan, hingga saat ini terdapat luas tanam 4.258 hektare yang tersebar di 10 Desa, dengan jumlah petani 1.775 petani yang tergabung dalam 71 Poktan. 

“Saat ini umur jagung termuda sudah 2 minggu dan tertua 12 minggu, dan diperkirakan memasuki masa panen pada bulan Juli 2020," sebut Rohana.

Pada tanam MK ini diperkirakan produktivitas hanya mencapai rata-rata 7 ton per hektare JPKP, atau lebih rendah dibanding dengan produktivitas panen musim lalu yang mencapai rata-rata 8 ton per hektare.

Menurut Rohana, pada MK ini petani menanam dengan sistem tanpa olah tanah dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ulat dan jamur lebih parah dibanding panen musim yang lalu.

“Kami memprediksi produksi MK ini  hanya 7 ton per hektare  tak setinggi panen yang lalu. Tahun lalu lebih tinggi karena serangan OPT tidak separah tahun ini. Musim ini ada ulat dan jamur,” ujar Rohana.

Dengan luasan 4.258 hektare dengan produktivitas 7 ton per hektare, diperkirakan Panyipatan akan memberikan konstribusi produksi jagung pipil 29.806 ton.

Untuk itu, perlu kerja sama yang baik petani dengan para petugas di lapangan dalam mengawal proses produksi selama pertumbuhan hingga panen.

“Kemungkinan adanya serangan hama, petani dan penyuluh sudah mengantisipasi dengan mempersiapkan cara pengendalian dan pestisida yang efektif untuk mengendalikan hama dan penyakit sesuai anjuran,” pungkas Rohana.

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menambahkan, semua pihak yang terkait dengan pertanian termasuk kepala daerah harus memantau dan memastikan percepatan MT II 2020.

"Ini untuk mengantisipasi krisis pangan akibat pandemi Covid-19," kata Mentan SYL.

Arahan tersebut ditindaklanjuti Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi melalui video conference tiap Jumat, Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) mengimbau penyuluh dan petugas teknis lainnya terus mendampingi dan mengawal petani untuk terus berproduksi.

"Selama bekerja di lapangan harus tetap mematuhi protokol kesehatan untuk mengenakan masker, jaga jarak, hindari kerumunan dan cuci tangan dengan sabun di air mengalir baik, sebelum dan sesudah bekerja," kata Dedi.[advertorial]
Lebih baru Lebih lama