Tanpa Televisi di Rumah, Trik Mushaffa Bentuk Karakter Anak

Tanpa Televisi di Rumah, Trik Mushaffa Bentuk Karakter Anak

BANJARMASIN - Di era digital sekarang, keterbukaan informasi menjadi hal yang lumrah. Bahkan saking terbukanya akses informasi, anak-anak bisa mendapatkan informasi yang sebenarnya malah dapat merusak perkembangan karakter dan kepribadiannya.

Karena itulah sebagai seorang ayah yang tidak ingin tumbuh kembang anaknya terganggu oleh informasi negatif, Calon Wakil Walikota Banjarmasih, H Mushaffa Zakir Lc mengaku sejak dini ketiga anaknya dididik untuk tidak menerima informasi dari media televisi yang ditonton secara langsung.

"Saya dan istri memilih untuk tidak ada televisi di rumah. Ini masalah pilihan aja sih. Bagi orang tua yg merasa mampu mengontrol dan menyeleksi apa yang menjadi tontonan anaknya, ya tidak masalah anaknya nonton Televisi. Kami hanya menginginkan bahwa yang berperan membentuk karakter anak-anak tidak hanya guru dan lingkungan, tapi juga ada keterlibatan orang tua di sana," ungkap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjarmasin itu.

Sebagai alternatif pengganti, Mushaffa mengaku lebih cenderung mengizinkan anak-anaknya menonton aneka acara televisi dengan mengunduhnya terlebih dahulu, baik di smartphone atau pun laptop. 

“Jadi anak-anak saya sejak kecil dibiasakan untuk tidak menonton Televisi secara langsung. Ini maksudnya agar saya dan istri bisa memfilter terlebih dahulu mana informasi yang sebenarnya bermanfaat bagi mereka dan mana yang berdampak negatif bagi karakter diri dan mentalnya,” jelasnya.

Selain itu, cara lain dirinya mendidik anak adalah dengan mendorong ke tiga buah hatinya untuk lebih banyak melakukan aktivitas interaksi langsung dengan teman sebayanya, ketimbang memberikan waktu banyak untuk menonton televisi di media smartphone dan laptop.

“Jadi waktu bermain mereka di dekat rumah bersama teman-temannya saya berikan lebih banyak ketimbang berinteraksi dengan smartphone dan laptop,” tambah Alumni Universitas Al Azhar Kairo Mesir ini.

Cara ini sendiri dilakukan agar ketiga anaknya bisa memiliki karakter yang mudah bergaul dengan orang lain dan lebih peduli terhadap sesamanya.

"Alhamdulillah ketiga anak saya, meski masih banyak kekurangan, relatif memiliki karakter yang baik. Bahkan yang pertama, meski baru berusia 9 tahun, atas keinginannya sendiri, sudah berani untuk mondok di Pesantren Tahfizhul Quran dan berpisah dengan orangtuanya," ucapnya.

Baginya memang masing-masing keluarga punya cara sendiri untuk mendidik anaknya agar dapat tumbuh dengan karakter dan kepribadian yang baik. 

“Semua keluarga punya cara masing-masing. Namun yang pasti hendaknya ditengah mudahnya akses informasi sekarang, kita sebagai orang tua harus betul-betul dapat mengawasi masuknya informasi kepada anak agar mereka bisa betul-betul tumbuh menjadi anak yang dapat menjadi kebanggan bagi agama dan negara,” pungkasnya.[iqbal]
Lebih baru Lebih lama