Street Legal, Brand Sepatu yang Terinspirasi dari Surat Al Fatihah

Street Legal, Brand Sepatu yang Terinspirasi dari Surat Al Fatihah

Pegawai sebuah instansi pemerintah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memborong produk Street Legal, sepatu lokal yang dikembangkan wirausahawan muda Ogan Budi Bintarto.| Foto: Hero Shoes.

OGAN Budi Bintarto bukanlah ahli tafsir Al-Qur'an. Penampilannya tidak meyakinkan. Punggungnya penuh tato. Jaman masih bujang, dia suka minum. Sampai oleng.

Tapi itu dulu. Sekarang, pria kelahiran Bantul, Yogyakarta ini sudah insyaf. Anaknya sudah dua. Ia kini lebih dikenal sebagai juragan sepatu kulit merek "Street Legal".

Brand Street Legal dipilih Ogan usai membaca Surat Al Fatihah. Saat mengaji, perhatiannya tertuju pada dua kata di ujung ayat keenam: Shirathal Mustaqiem. Jalan yang lurus.

Kata-kata itulah yang kemudian ditafsirkan Ogan menjadi Street Legal. "Biar hidup dan usaha saya lurus, legal dan berpedoman", ungkap pria 36 tahun ini, kepada grapena.com.

Keinginan mulia itu tampaknya didengar oleh Mikail, malaikat pembagi rejeki. Dalam kurun waktu lima tahun, usaha sepatu Ogan berjalan lancar. Produk yang terjual bisa mencapai beberapa ratus pasang setiap bulan. 

Ogan membuka toko sepatunya di rumah kontrakannya, di Desa Banyurojo, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Hero Shoes nama tokonya. Baru-baru ini, ia buka cabang di tanah kelahirannya, Bantul.

Pembeli sepatu Ogan beragam: mulai anak sekolah sampai kalangan pejabat. Ketua DPRD Kabupaten Magelang, Saryan Adiyanto juga pakai Street Legal.

Serombongan polisi pernah tiba-tiba menggeruduk Hero Shoes. Bukan untuk menggelandang Ogan, melainkan memborong sepatu dagangannya.

"Kepengen bisa buka toko juga di kota-kota besar", tutur Ogan. 

Sebagai bentuk ihtiar untuk mewujudkan keinginan itu, Ogan pun mematenkan Street Legal. Sertifikat merek dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, pada 27 Agustus 2018. 

Bisnis sepatu kulit Ogan dimulai sejak 2016. Saat itu, ia masih bekerja sebagai tenaga pemasaran di sebuah perusahaan rokok. Street Legal belum lahir. Ia masih jadi reseller pedagang sepatu lain.

Dua tahun kemudian, Ogan ambil keputusan besar. Ia resign dari tempat kerjanya. Padahal saat itu gajinya sudah lumayan.

"Mau fokus ke sepatu. Juga biar punya lebih banyak waktu untuk anak dan isteri", ucapnya. 

Ogan berbisnis sepatu bukan tanpa alasan. Sejak masih bekerja di perusahaan rokok, ia sudah gemar mengoleksi sepatu.

Ia nyaris tak menemui kendala berarti dalam hal pemasaran. Ada tetangga dan teman-teman yang bergabung menjadi reseller.

Ogan manfaatkan sosial media macam Facebook dan Instagram. Keberadaan start-up dan marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia dan Shopee, turut membantu perkembangan usaha sepatunya.
 
Kini, produk Street Legal bukan cuma sepatu. Ada sandal, tas, ikat pinggang juga dompet. Semua berbahan kulit sapi berkualitas. 

"Jaminan uang kembali kalau bukan kulit asli", begitu Ogan kerap meyakinkan calon pembeli.[sahrudin]
Lebih baru Lebih lama