Petani Batola Pilih Tanam Padi Lokal di Tengah Pandemi Covid-19

Petani Batola Pilih Tanam Padi Lokal di Tengah Pandemi Covid-19

MARABAHAN - Kementerian Pertanian (Kementan) bertekad mewujudkan pertanian maju, mandiri, dan modern. Tekad terus digelorakan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Pandemi Covid-19, bahkan tak menyurutkan kegiatan pertanian. Ini juga sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi), di mana pertanian tetap harus terus berproduksi.

“Pandemi Covid-19 menjadikan sektor pertanian salah satu yang tetap harus bergerak. Karenanya, ayo berjuang terus karena ketersediaan pangan di masyarakat adalah tanggung jawab kita," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi dalam rilis yang diterima Kehumasan BBPP Binuang.

Karena itu, Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Kostratani Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala melalui Penyuluh Lapangannya melakukan pendampingan dan pengawalan kepada Kelompok Tani (Poktan) melakukan penanaman padi lokal Siam di Desa Sei Lumbah dengan capaian luas tanam kurang lebih sebanyak 405 hektare, Senin (27/4/2020).

Sugianto SPt, PPL Kecamatan Alalak memaparkan, kebutuhan benih padi varietas lokal sebanyak 10 kilogram per hektare dengan hasil 3,5 ton per hektare. Sedangkan untuk varietas unggul kebutuhan benih sebanyak 40 kilogram per hektare dengan produksi 4,5 ton per hektare. 

Menurutnya, permasalahan yang ada sampai saat ini, yaitu kurangnya jumlah penyuluh di Kecamatan Alalak. Jumlah penyuluh yang ada saat ini sebanyak 10 orang dengan jumlah desa sebanyak 18 desa, sehingga ada satu penyuluh yang membina lebih dari satu desa.

Permasalahan teknis, lanjutnya, yaitu tidak semua lahan dapat menggunakan mekanisasi khususnya pada saat panen, di mana program pemerintah diharapkan pemanenan dapat dilakukan dengan menggunakan Combine.

Namun dikarenakan kondisi lahan yang selalu tergenang, menjadikan tidak semua persawahan dapat dilakukan pemanenannya menggunakan mesin. Sehingga timbul permasalahan tenaga kerja yang dirasakan kurang pada saat penanaman dan pemanenan.

Di sisi lain harga jual padi (gabah) hasil panen terjadi selisih yang cukup tinggi, di mana padi lokal memiliki harga jual Rp90.000 per gantang, sedangkan padi varietas unggul memiliki harga jual sebesar Rp40.000 sampai dengan Rp45.000 per gantang. 

"Hal ini dikarenakan kebiasaan mengonsumsi masyarakat Kalimantan Selatan yang masih menyenangi akan beras varietas local," terang Sugianto.

Namun demikian semangat para petani untuk terus berusaha tani padi tidak pernah menurun dan tidak pernah menurun. "Semoga semangat para petani di tengah maraknya musibah Covid-19 tak pernah menurunkan produktivitasnya," pungkas Sugianto.[advertorial]
Lebih baru Lebih lama