Food Estate jadi Gerbang Kemakmuran Petani

Food Estate jadi Gerbang Kemakmuran Petani

KUALA KAPUAS – Program Food Estate telah digulirkan. Program ini bagai dua sisi mata uang. Berperan untuk percepatan menyejahterakan dan memakmurkan petani, juga untuk mewujudkan lumbung pangan nasional menuju swasembada pangan nasional.

"Food Estate menjadi program unggulan Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)," terang Budiono, Penanggung Jawab Food Estate wilayah Bataguh, Kabupaten Kapuas.

Tentu dukungan lintas sektoral dibutuhkan, sesuai perintah Presiden RI Jokowi untuk memperkuat Menteri Pertahanan, PUPR, BUMN yang harus memperluas dan memantapkan  Program Food Estate.

Food Estate di Kapuas tahun 2020 ditargetkan 20.000 hektare, dari total 165.000 hektare untuk tiga tahun ke depan, bersama kabupaten Pulang Pisau (Pulpis).

Sebagai UPT yang menjadi tuan rumah program Food Estate Pulpis, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang, Dr Yulia Asni Kurniawati MSi spontan merespon dengan mempersiapkan program dan kegiatan untuk memperkuat Sumber Daya Manusia (SDM) pelaku Food Estate yang dirasa masih lemah baik informasi, pengetahuan, skill dan spirit, khususnya para petani milenial.

Karena itu, BBPP Binuang melaksanakan Pelatihan Tematik, Bimbingan Teknis, Pengawalan Program Food Estate dan mengekspos hingga menjadi perhatian dan dukungan semua pihak.

Yulia mengungkapkan, sebanyak 62 Pelatihan Tematik telah disiapkan untuk menggarap 1.860 sampai 1900 petani milenial menjadi pelaku agribisnis, manajer profesional UPJA, Organisatoris Kelembagaan Petani hingga menjadi badan usaha yang profesional.

"Ini untuk memantapkan dan mengembangkan baik motivasi, informasi, inspirasi, pengetahuan, skill dan sikap kesadaran akan pentingkan ketahanan pangan untuk memperkuat ketahanan nasional," jelasnya.


Karyadi SP, Koordinator PPL dan Mantri Tani BPP Bataguh menambahkan, hampir semua kendala yang dirasakan petani untuk mewujudkan kemakmuran yang diimpikan, sudah ada solusinya mulai jaringan irigasi, drainase, jalan usaha tani, mekanisasi mulai penyiapan lahan hingga pasca panen, inovasi teknologi dan saran produksi (bibit, pupuk, obat PHT). 

 
“Bahkan informasi pemasaran dan promosi produk beras dan olahan sampingannya telah diwujudkan. Revitalisasi rice milling dengan teknologi termuthahir setidaknya ada 2 unit akan ditempatkan di wilayah Kapuas. Sehingga produksi dari lahan seluas 20.000 hektare per musim dapat ditingkatkan nilai tambahnya dengan harga bersaing,” paparnya.

Ketua Kelompok UPJA Barokah Desa Terusan Karya, Jatam mengatakan,
jerih payah selama 40 tahun bertani, dapat dirasakan. Hasil Food Estate memang beda.

Jika sebelumnya produktivitas lahan milik Jatam hanya sebesar 1,5 sampai 2,5 ton per hektare dengan inovasi teknologi sekarang mencapai 6,0 sampai 9,5 ton per hektare produksi miliknya dan anggotanya. 

"Sehingga pendapatan mereka setiap musim tak kurang dari Rp30 sampai 47,5 juta per hektare per musim dengan harga gabah Rp5000 per kilogram," imbuhnya.

Mengutip sambutan kepala BBPP Binuang yang diwakili Widyaiswara Ahli Madya, Budiono saat memberikan sambutan pembukaan  Kegiatan Pelatihan berbasis Food Estate pada Pelatihan Tematik Manjemen UPJA (2/10/2020), kegiatan Food Estate merupakan penyediaan pangan untuk berkontribusi memantapkan swasembada pangan nasional.

Selain target itu, juga diharapkan nanti terbentuknya koorporasi petani, di mana Kelompok Tani diharapkan mampu menjelma menjadi Badan Usaha yang profesional untuk akselerasi mencapai kemakmuran peserta “Food Estate. 

“Koorporasi seperti Badan usaha Koperasi atau bahkan PT terbentuk, sehingga petani mempunyai harga tawar yang tinggi dan tidak mudah dimainkan oleh tengkulak,” sebut Budiono.

KFJ Kabupaten Kapuas, Dadir SPt berharap peserta pelatihan dapat mengikuti pelatihan ini dengan serius, karena merupakan ujung tombak di lapangan dalam mendukung Food Estate.[advertorial]
Lebih baru Lebih lama