Mantapkan Program Magang Jepang dan SSW, Puslatan Gelar Evaluasi

Mantapkan Program Magang Jepang dan SSW, Puslatan Gelar Evaluasi

PELATIHAN Magang Pemuda Tani yang diselenggarakan di UPT Pelatihan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian dilakukan dalam upaya menyiapkan Pemuda Tani untuk mengikuti Program Magang Jepang dan SSW.

Pada 16 hingga 18 Juni 2021 bertempat di Grage Ramayana Hotel, Yogyakarta, dilakukan evaluasi terhadap program tersebut.

Kegiatan dibuka oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BBPSDMP), Prof Dr Ir Dedi Nursyamsi M.Agr.

Dalam arahannya Dedi menyampaikan, saat ini ada sekitar 70 persen tenaga pertanian yang produktif. Sisanya adalah tenaga milenial. Sepuluh tahun yang akan datang, tenaga produktif tersebut banyak yang pensiun sehingga menjadi kurang produktif. 

Oleh karena itu, peru adanya penyiapan SDM pertanian agar tenaga pertanian tetap produktif. Dalam 5 tahun ke depan, pemerintah memprogramkan 2,5 juta petani milenial.

Untuk menyiapkan petani milenial, perlu upaya yang luar biasa. Upaya yang dilakukan antara lain melalui pendidikan vokasi yang dilakukan di Politeknik Pembangunan Pertanian, SMK PP, dan Fakultas Pertanian. 

Upaya berikutnya yaitu melalui pelatihan dan permagangan. Materi yang diberikan berupa bahasa, budaya dan teknis pertanian. 

Adapun tujuan magang, yaitu agar petani dapat belajar berbisnis di sektor pertanian, menguasai on farm, dapat mengakses permodalan, menggunakan teknologi terbaru, dan menggunakan varietas unggul.

Selain itu, juga belajar mengenai peningkatan nilai tambah melalui pengemasan, peningkatan kualitas dan pengolahan hasil.

Selanjutkan dilakukan presentasi oleh UPT pelatihan untuk mengevaluasi kegiatan pelatihan magang pemuda tani yang dilanjutkan dengan ujian JFT/JLPT.

Dari hasil evaluasi diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kelulusan peserta dipengaruhi banyak faktor. 

Pertama, proses seleksi awal sebelum pelatihan. Calon peserta yang mempunyai dasar bahasa Jepang lebih berpeluang lulus dalam ujian setelah mengikuti pelatihan yang relatif singkat, yaitu sesama 75 hari. 

Berikutnya adalah metode dalam pelatihan. Hal ini penting agar peserta tidak mengalami kejenuhan dalam belajar. Fasilitator yang tepat berpengaruh dalam penerimaan materi yang diberikan. Materi yang diajarkan juga penting.

Ketidaktepatan dalam pemberian materi dapat menyebabkan peserta tidak dapat maksimal dalam menjawab ujian. 

Selanjutnya beberapa balai yang pesertanya belum mengikuti ujian, akan mengikuti ujian JFT A2 pada bulan Juli dan agustus. Selanjutnya peserta juga akan mengikuti ujian ASAT.[rilis]


Lebih baru Lebih lama