Pemuda Balangan Dialog tentang Kesaktian Pancasila, Paham khilafah dan Radikalisme

Pemuda Balangan Dialog tentang Kesaktian Pancasila, Paham khilafah dan Radikalisme

ANTUSIAS peserta dialog pemuda mendengarkan paparan dari narasumber.| foto : martino

PARINGIN - Dalam dialog pemuda yang dilaksanakan di Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, para pemuda menyikapi berbagai issue sosial terkait faham radikal, intoleran hingga faham khilafah.

Di mana belakangan, seiring peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang dinilai sebagai sebuah ideologi yang bahkan telah di akui dunia, masih banyak faham yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi lainnya.

Nara sumber pada dialog pemuda, Ahmad Juliansyah S.Pd mengemukakan pandangan terkait Pancasila, di mana Ideologi Pancasila menjadi sangat penting bagi bangsa Indonesia karena Pancasila memiliki beberapa kedudukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

"Kedudukan itu seperti Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia, Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila menjadi dasar negara, Pancasila sebagai sumber dari segala hukum yang ada di Indonesia, Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia ketika mendirikan negara, dan Pancasila sebagai cita-cita bangsa," ungkapnya.

Kedudukan inilah yang menjadikan Pancasila menjadi sangat penting serta kedudukan ini juga dapat diartikan bahwasannya Pancasila merupakan suatu landasan bagi bangsa Indonesia dalam melaksanakan segala aspek yang menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sehingga ketika ada paham yang intoleran dan mengarah kepada radikal atau bahkan mencoba merubahnya ke faham khilafah, tentu mereka ini masih belum memahami bagaimana Pancasila telah mampu memberikan makna untuk menjadi kepribadian bangsa yang berketuhanan, berdemokrasi serta berkeadilan sosial.

Dengan itu Ia berharap, para pemuda tidak mudah terpengaruh oleh faham yang radikalisme, intoleran atau bahkan berencana merubah Ideologi Pancasila.

"Radikal memiliki arti akar atau sumber, atau asal-mula, sehingga ketika seseorang ingin mengetahui atau mendalami segala sesuatu mulai dari akarnya itu sah-sah saja. Namun tidak untuk radikalisme, karena ini merujuk pada paham, aliran, atau ideologi. Di mana radikalisme lebih dikenal sebagai paham yang ekstrem, bahkan erat dengan kekerasan," jelasnya.

Dialog interaktif tersebut di ikuti oleh kelompok pemuda, diantaranya HMI Cabang Barabai, STAI Al Washliyah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, BEM Stikom, Aktivis Kalsel yang merupakan Mahasiswa UIN Banjarmasin, Tokoh Muda Balangan, Inaga Balangan, serta Purna Paskibraka Balangan.[martino]


Lebih baru Lebih lama