BARABAI – Dua Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) tercatat tidak mendapatkan satu pun peserta didik baru pada Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2025/2026. Kedua sekolah tersebut adalah SDN 1 Mandingin dan SDN Sumbai.
Berdasarkan rekap data pokok pendidikan (Dapodik) dan laporan dari kecamatan, hingga penutupan masa pendaftaran, tidak ada murid baru yang mendaftar di kedua sekolah tersebut. Kondisi ini mendapat perhatian serius dari Dinas Pendidikan (Disdik) HST.
Kepala Dinas Pendidikan HST, Muhammad Anhar melalui Kasi Kurikulum SD Miseransyah menjelaskan bahwa rendahnya jumlah pendaftar umumnya terjadi di wilayah pedesaan dan terpencil, yang jumlah anak usia sekolah dasarnya kian menurun.
“Rendahnya angka kelahiran, urbanisasi, hingga kecenderungan orang tua memilih sekolah unggulan di kota menjadi penyebab utama penurunan pendaftar di desa,” jelasnya.
Sebagai langkah awal, pihak dinas berencana melakukan penggabungan (merger) SDN 1 Mandingin dengan sekolah terdekat, yaitu SDN 2 Mandingin.
“Skema merger ini masih dalam kajian. Tujuannya untuk tetap menjaga layanan pendidikan tanpa mengorbankan efisiensi dan kualitas,” ungkap Miseransyah, Kamis (24/7/2025).
Sementara itu, untuk SDN Sumbai yang juga nihil pendaftar, Disdik belum mengambil keputusan penutupan. Letak geografis yang cukup terpencil dan masih adanya kelompok warga yang menetap menjadi pertimbangan penting.
“Kami sedang mempertimbangkan opsi konversi menjadi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Paket A atau menjadikannya sekolah rakyat, agar hak pendidikan tetap terjamin,” katanya.
Dari total 253 SD yang ada di HST—terdiri atas 148 SD negeri dan 5 SD swasta—hanya 51 sekolah yang kuotanya terpenuhi. Artinya, sekitar 79 persen sekolah mengalami kekurangan siswa baru.
Di sisi lain, sekolah-sekolah di wilayah perkotaan justru mengalami kelebihan pendaftar. Ketimpangan ini menunjukkan disparitas antara sekolah di desa dan di kota yang makin lebar.
Untuk mengatasi hal tersebut, Disdik HST berkomitmen melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyebaran satuan pendidikan, termasuk rasionalisasi jumlah sekolah.
“Kami juga akan meningkatkan fasilitas dan kualitas tenaga pendidik di daerah pinggiran. Sosialisasi SPMB akan lebih diintensifkan, dan pemanfaatan teknologi untuk pemantauan data akan terus dioptimalkan,” pungkasnya.[nata]