Ciptakan Suasana Pembelajaran Petani Magang Jepang

Ciptakan Suasana Pembelajaran Petani Magang Jepang

HARAPAN mewujudkan standarisasi peserta magang Jepang dilakukan dengan kurikulum yang berbasis teknis pertanian dengan penguatan bahasa Jepang dan membangun karakter selama 75 hari.

Setidaknya ini diyakini dapat menghasilkan output alumni yang berkarakter, skill bahasa Jepang dan teknis pertanian dengan memperoleh sertifikat ASAT dan N-4 sebagai indikator keberhasilan. 

Menurut Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang, Dr Ir Yulia Asni Kurniawati M.Si, kegiatan ini merupakan model pertama yang dilaunching oleh Kementerian Pertanian (Kementan), melalui BPPSDMP yang kemudian memberikan mandat kepada BBPP Binuang. 

"Ini sebagaimana harapan Menteri Pertanian (Mentan) Dr Syahrul Yassin Limpo (SYL) dalam acara rapat koordinasi yang diselenggarakan di BBPP Lembang," ungkap Yulia.

Ia mengungkapkan,
peserta tetap  semangat mengikuti kegiatan in wall dan out wall, di mana secara seimbang akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan terhindar dari kejenuhan dan kepenatan dalam jam pembelajaran yang padat diikuti peserta dari jam 06.00 hingga jam 22.00 Wita.

Budiono, Widyaiswara BBPP Binuang di sela pembelajaran praktik lapang menambahkan, pembelajaran diiringi game namun mengandung pesan menanamkan semangat kuat, stamina jasmani rohani, informasi teknis, membiasakan budaya Jepang dalam kegiatan pembelajaran dan kedisiplinan yang kuat.

“Peserta menerima materi dan game secara terpadu baik secara skill teknis pertanian maupun penerapan bahasa jepang dalam kegiatan pembelajaran," imbuhnya.

Menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Prof Dedi Nursyamsi, BPPSDMP Kementan memberi kepercayaan kepada BBPP Binuang untuk mencetak petani milenial yang Maju, Mandiri dan Modern.

Ia menambahkan, Indonesia memang punya kompetensi dalam mengelola tenaga magang ke negara-negara yang sudah maju.

"Utamanya tentu saja ke negara-negara yang sudah maju pertaniannya misalnya Jepang, Taiwan, Australia, Korea dan sebagainya," jelas Dedy. 

Peserta diberikan tugas mempersiapkan persemaian sayur,  pembuatan bedengan dan memasang mulsa ala Jepang. Fasilitator terpadu dari tim bahasa Jepang, teknis, dan motivator akan mendampingi kegiatan mereka.

Ini untuk mengembangkan skill berbicara bahasa Jepang, simulasi kerja seperti layaknya di Jepang,  jiwa karakter sebagai petani modern dan sebagai entrepreneurship yang berkarakter dengan misi global dilakukan di lapangan sambil menempa kedisiplinan diri dan fisik dan mental yang sehat.

Pembekalan skill teknis dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan kompetitif secara optimal, sehingga dihasilkan produk yang kompetitif di pasar domestik dan global yang pada akhirnya mampu memberikan peningkatan kesejahteraan secara optimal dengan alam tetap lestari, sehingga proses produksi pertanian dapat berkelanjutan sebagaimana syarat-syarat yang ditentukan sebagai produk global.[rilis]
Lebih baru Lebih lama