Tumpang Sari Karet dengan Cabe, Petani Desa Bahta 2 Kali Untung

Tumpang Sari Karet dengan Cabe, Petani Desa Bahta 2 Kali Untung

DI TENGAH mahalnya harga cabe rawit di pasaran saat ini, turut menambah semangat petani di Desa Bahta Kecamatan Bonti Kabupaten Sanggau untuk lebih giat berupaya meningkatkan produksi tanam jenis holtikultura di wilayah tersebut. 

Zulfika adalah salah satunya. Memanfaatkan lahan karetnya yang belum menghasilkan, Zulfika yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Penonggo Jaya berhasil memanfaatkan lahan tersebut untuk ditanami cabe rawit dengan pola tumpang sari di areal tanaman karet miliknya.

Tumpang sari karet dengan tanaman semusim, secara teknis menguntungkan pertumbuhan tanaman karet dan secara ekonomis mendukung peningkatan pendapatan usaha tani karet.

Di mana tujuan utama tumpang sari adalah membuat frekuensi kunjungan petani semakin meningkat. Pada tanaman perkebunan semakin dikunjungi maka akan semakin berhasil.

Kemudian tujuan lainnya adalah memanfaatkan areal di gawangan karet, menambah penghasilan tiap satuan luas tanah, memberikan penghasilan sebelum tanaman karet menghasilkan. 

Kriteria tanaman sela karet adalah tidak lebih tinggi dari karet; sistem dan perakaran dan tajuk yang menempati horizon tanah dan ruang atas tanah yang berbeda; bukan merupakan tanaman inang bagi hama dan penyakit karet; pengelolaanya tidak menyebabkan kerusakan tanaman karet atau tanah.
 
Tumpang sari dilakukan pada saat karet baru ditanam dan belum disadap dengan jarak tanam tunggal hanya bisa dilakukan 1 sampai 2 tahun saja. Setelah tahun ketiga hanya tanaman tertentu yang bisa karena tajuk karet sudah tertutup. 

Tumpang sari membuat kandungan organik tanah tinggi karena sisa tanaman semusim jadi pupuk organik. Pemupukan pada tanaman semusim juga berakibat baik pada karet karena ikut dipupuk.

“Alhamdullilah perkembangan tanaman cabenya sangat bagus, semoga saja ketika panen nanti harganya juga tinggi,sehingga akan bisa menambah pendapatan selagi karetnya belum bisa disadap,” kata Zulfika saat dilakukan kunjungan oleh PPL WKPP Bonti Bapak Romi Januardi.

Lebih jauh ketika ditanya bagaimana cara perawatan tanam cabe rawit dengan pola tumpang sari tersebut, Zulfisa mengatakan perlu keuletan dan ketekunan dalam hal perawatannya.

Ini karena harus menjaga ranting daun yang tak jarang menutupi hamparan tanaman cabe tersebut, mengingat tanaman cabe tidak boleh terlindung dari sinar matahari.

“Tanam cabe pola tumpang sari harus rajin merawat dan membersihkan lahan. Namun dengan pola ini, hasil yang didapatkan akan sangat menguntungkan dan nantinya dapat meningkatkan perekonomian keluarga,” kata PPL WKPP Bonti, Romi Januardi.[rilis]


Lebih baru Lebih lama