Beras Sungai Kusan, Wujud Kemitraan dan Solusi Pasar

Beras Sungai Kusan, Wujud Kemitraan dan Solusi Pasar

TANAH Bumbu kini memiliki produk beras yang siap bersaing di pasar. Dinamai beras Sungai Kusan ini digagas oleh Harun Syafruddin, seorang penyuluh pertanian di Kabupaten Tanah Bumbu.

Ini semakin menguatkan bahwa beras ini diproduksi dan dikemas di Kabupaten Tanah Bumbu, yaitu salah satu kabupaten yang memiliki produksi padi yang tinggi dan termasuk lumbung pangan propinsi Kalimantan selatan. 

Berkembangnya produk beras ini didukung kerjasama yang baik oleh Yayasan Hayatuusyarif yang merupakan Mitra PT. JAC yang bermitra dengan Bank Kalsel dengan petani penghasil padi di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu.
 
Awalnya beras ini diproduksi oleh Kelompok Tani Hidup Mulia yang ada di Jelapat Anjir Marabahan yang juga merupakan kelompok binaan PT. JAC dan Bank Kalsel. Kemudian berlanjut ke Jorong Tanah Laut.

Namun saat itu belum berkembang, sehingga PT JAC yang bekerjasama dengan Bank Kalsel meminta adanya brand atau merek kemasan dan dikembangkan di Kabupaten Tanah Bumbu, dengan dukungan para petani dengan didampingi oleh Harun Syafruddin usaha ini mulai berkembang di Tanah Bumbu.

Harun mengakui bahwa permasalahan selama ini yang dialami oleh petani padi adalah kesulitan akses pasar yang stabil, sehingga dengan konsep kemitraan yang dibinanya untuk membangun kemitraan petani dengan off taker, yaitu Yayasan Hayatussyarif mitra PT. JAC dapat memberikan spirit baru kepada petani untuk memproduksi padi lebih baik lagi.

“Melalui pola kemitraan usaha tani insya Allah akan memudahkan petani kita dalam memasarkan hasil panen padinya,” harap Harun.

Beras Sungai Kusan kini telah beredar di kabupaten lainnya di Kalimantan Selatan, seperti ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan. 

Selain itu, Pasar Beras Kusan ini semakin bergeliat ditambah lagi adanya investor dari Jakarta yang siap menampung produksi beras tersebut.

“Alhamdulillah, promo brand Beras Sungai Kusan lebih cepat dari yang saya perkirakan, bahkan sekarang sudah beredar di Telaga Langsat dan Sungai Raya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan,” ujar Harun.
 
Untuk meningkatkan kemampuan petani untuk memproduksi kualitas dan kuantitas hasil beberapa kegiatan telah dilakukan, di antaranya Sekolah Lapangan Budidaya padi program IPDMIP, yaitu kegiatan penyuluhan yang dilakukan secara periodik tentang Good Agriculture Practice (GAP) budidaya padi di wilayah irigasi, serta pendampingan dari penyuluh.
 
Target awal produksi per bulan rata-rata 15 ton, tapi saat ini kelompok tani daerah lain seperti yang ada Kabupaten Hulu Sungai Selatan juga memproduksi dan menggunakan brand “Beras Sungai Kusan” dengan kapasitas rata-rata 15 ton per bulan sama dengan yang diproduksi di Tanah Bumbu.

Kendala yang dihadapi saat ini adalah kualitas gabah digiling belum maksimal, sehingga masih terdapat 5 sampai dengan 10 persen beras patah. 

Hal ini dipengaruhi kadar air gabah yang masih rata-rata 14 sampai dengan 15 persen. Dan diakui masih perlu pembinaan kepada petani untuk meningkatkan  kualitas mutu hasil dan perlakuan terhadap hasil produksi.

“Saat ini petani sangat senang dengan pola kemitraan ini karena hasil panennya sudah ada yang menampung tidak repot lagi mencari pembeli,” terangnya.[rilis]


Lebih baru Lebih lama