KALANGAN remaja atau usia pelajar saat ini bisa dipastikan banyak yang belum mengetahui apa itu 'Mihing'.
Mungkin, bagi kalangan orangtua, terutama suku Dayak tidak asing lagi apa itu Mihing.
"Mihing merupakan alat penangkap ikan tradisional yang dapat dikatakan sangat langka, khas suku Dayak," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng Guntur Talajan, Rabu (29/9/2021).
Diuraikannya, mihing dulunya hanya dikenal oleh masyarakat Dayak Ngaju, khususnya beberapa desa yang ada dibantaran Sungai Kahayan.
Dalam pengoperasiannya, mihing berbeda dengan alat penangkap ikan lainnya, di mana salah satu cara kerja mihing, yakni digunakan tidak berjalan, melainkan berdiam tidak bergerak, biasanya, mihing dipasang ketika air sungai meluap atau banjir.
"Bahan pembuatan mihing berbahan kayu, bambu, rotan, tanaman merambat dan batu. Maka itu, cara kerja penggunaannya berbeda ketika menangkap ikan," bebernya.
Dijelaskan lebih jauh, mihing memiliki legenda atau asal muasal. Dimana dikisahkan, Bowak (nama seseorang zaman dulu) yang diceritakan berhasil memperdaya para dewa dengan menciptakan alat magis untuk menjaring harta benda penduduk bumi yang disebut mihing.
Singkat cerita, tambahnya, para dewa memerintahkan Bowak menghentikan perbuatannya, sejak itu mihing tidak boleh digunakan di atas tanah, melainkan digunakan disungai untuk menangkap ikan.
"Dalam Kitab Panaturan suku Dayak, mihing adalah alat penangkap ikan dan menarik perhatian ikan-ikan untuk berdatangan masuk ke dalam mihing. Mihing juga dipercaya pembawa rezeki, baik didunia fana maupun baka," pungkasnya.[kenedy]
Tags
Humaniora