Karet Lebih Tinggi Dibeli Tengkulak?, Ini Penjelasan pihak PT Nusantara Batulicin

Karet Lebih Tinggi Dibeli Tengkulak?, Ini Penjelasan pihak PT Nusantara Batulicin

PETANI karet Desa Sumber Wangi lebih memilih menjual hasil torehan karetnya ke tengkulak, lantaran dinilai lebih tinggi dibanding di pabrik milik Pemda.| foto : joni

BATULICIN - Senyum tampak di wajah para petani karet Desa Sumber Wangi, Kecamatan Karang Bintang, saat menunggu di sebuah gubuk tempat pengumpulan karet. Hasil torehan karet yang mereka kumpulkan kemudian dijual ke tengkulak dengan harga kurang lebih Rp12 ribu per kilogram.

Tokoh Warga Desa Sumber Wangi, Mispuyanto mengatakan, harga karet sekarang kurang lebih Rp12 ribu yang dibeli tengkulak. Para tengkulak kemudian akan menjual lagi ke luar daerah Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu).

Mantan Kepala Desa Sumber Wangi ini menyebut bahwa PT. Nusantara Batulicin yang ada di Kecamatan Karang Bintang tidak memberikan efek sesuai harga kepada para petani karet.

"Ini kan pabrik milik pemerintah daerah, ini yang perlu disampaikan supaya pemerintah daerah itu lebih intens ke pabrik," ujar Mispuyanto.

Karena, lanjut Mispuyanto, bila kelompok petani membawa sendiri untuk menjualnya, pasti harganya rendah. Namun bila tengkulak membeli di lapangan malah lebih tinggi. 

"Berarti kan tengkulak itu diberikan harga khusus," imbuhnya.

Mispuyanto menjelaskan, bila kelompok petani karet yang membawa ke pabrik, lebih murah dibeli ketimbang tengkulak yang membeli langsung ke petani. Itu karena sudah beberapa kali dulu dicoba menjual ke pabrik pasti masih tinggi tengkulak yang membeli ke petani. 

"Faktornya apa? kita tidak tahu, yang jelas bila tengkulak yang bawa harga lebih tinggi ketimbang kelompok petani," ungkapnya.

Menurutnya, di desa mereka ada kelompok tani atau Bumdes. Bila harga sama dengan yang dibeli tengkulak, tentunya perekonomian warga di desa lebih lumayan.

Sementara itu saat dikonfirmasi  Supervisor Umum PT Nusantara Batulicin, Mais Awaluddin, Rabu (13/4/2022) mengatakan, petani jarang menjual ke pabrik ini.

"Di sini tidak ada potokan harga, tidak seperti tahun-tahun dulu, wayah ini sistem lelang, siapa  harga mahal yang membeli itu yang mengambil dan juga becari karet di lapangan," tuturnya dengan bahasa Banjar. 

Ia menambahkan, karet sekarang langka. Bahkan sebagian pohonnya seperti kena virus, yang dulu bisa dapat 100 kilogram, sekarang hanya 40 kilogram.

Saat ditanya mengenai harga untuk membeli karet saat ini, Ia menyebut per kilogram harganya Rp13 ribu. Artinya tidak ada patokannya.

"Jadi kita juga melihat kualitas karet yang dijual mereka, bila karet yang masih basah itu harga beda dengan karet kering. Kita lihat mutu karet, ada juga kering ketika dibuka di dalamnya bisa dikasih kayu atau batu. Itu sering ditemukan dan siapapun yang ingin menjual karetnya silahkan kita terbuka," pungkasnya.[joni]


Lebih baru Lebih lama