Beternak Sapi di Kebun Sawit Untungkan Petani

Beternak Sapi di Kebun Sawit Untungkan Petani

BANJARBARU – Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kalimantan Selatan berkomitmen terus mendorong percepatan pertumbuhan sektor perkebunan dan peternakan di daerah ini. 

Komitmen ini pun dilakukan dengan dalam usaha meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan dan pertumbuhan yang terus membaik bagi usaha perkebunan, khususnya kelapa sawit.

Kepala Dinas Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel, Drh H Suparmi menilai komitmen Pemprov Kalsel sangat tinggi bagaimana mendorong meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan, terutama terkait revitalisasi pertanian dalam arti luas dengan menerapkan integrasi sapi-sawit.     
 
"Pola yang dikembangkan Kalsel sendiri dalam menerapkan integrasi sapi-sawit atau beternak sapi di lahan perkebunan sawit ini sangat menguntungkan masyarakat," kata Suparmi saat memberikan keterangan pers, Rabu (23/12/2020). 

Dengan pola tersebut, menurut Suparmi, keuntungan yang didapat masyarakat khususnya petani berlipat. Untuk itu, petani atau peternak tidak perlu lagi mencarikan rumput untuk pakan sapi sebab telah tersedia rumput hijau di areal perkebunan. 

Selain itu, petani juga tidak perlu membersihkan rumput yang bisa saja mengganggu pertumbuhan kelapa sawit. Pasalnya, telah ada sapi yang merumputnya dan di sisi lain kotoran sapi juga bisa menjadi pupuk alami untuk menyuburkan sawit.       

"Di sisi lain pola ini sangat membantu petani. Karena kotoran sapi bisa menjadi biogas yang digunakan untuk keperluan memasak," jelasnya, saat memberikan contoh program  Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA).

Ini, lanjutnya, merupakan langkah yang baik dilihat dari sisi perekonomian masyarakat, petani lebih berhemat sebab masyarakat tidak perlu lagi membeli minyak tanah atau elpiji.

Pola pengembangan ternak sapi di atas lahan kebun sawit dengan luasan berhektare-hektare bisa diterapkan dua sistem, yakni sistem intensif (dikandangkan) dan sistem terintegrasi (dilepas di kebun sawit). 

Keuntungan lain dari pola integrasi ini, katanya, sapi-sapi tersebut bisa digunakan sebagai tenaga kerja mengangkut buah sawit hingga ke pinggir jalan dengan menggunakan gerobak. Pola seperti ini tentu saja sangat menguntungkan petani.

Tak hanya mendorong petani sawit, Pemprov Kalsel di bawah kepemimpinan Gubernur Sahbirin Noor juga memberikan perhatian bagi industri perkebunan sawit skala besar dalam penerapan Siska. 

Salah satunya adalah penerapan Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA) pada perusahaan perkebunan PT Buana Karya Bhakti (BKB) di Satui, Kabupaten Tanah Bumbu.

Berdasarkan catatan yang dirilis Disbunnak Kalsel, di perkebunan penerapan Siska dimulai tahun 2016. Awalnya populasi sapinya hanya 300 ekor, namun seiring dengan pertumbuhan sudah mencapai 815 ekor yang dilepas di lahan perkebunan seluas 5.200 hektare. 

Tak hanya perkebunan inti, PT Buana Karya Bhakti (BKB) memiliki lahan plasma seluas 9.000 hektare  yang merupakan potensi peternakan rakyat di sekitar kebun. Saat ini, pola Siska yang dikembangkan di PT BKB adalah 1:5 atau 1 ekor sapi untuk 5 hektare lahan kebun.
“Perkebunan sawit, sapi merupakan tamu. Sedangkan kebun sawit sebagai tuan rumah," imbuhnya.

Penerapan penerapan model kemitraan perusahaan perkebunan dengan peternak, melalui Sisksa berbasis agribisnis sebagai alternatif percepatan swasembada sapi di Kalsel.

"Alhamdulillah didukung pemerintah provinsi dan pemerintah pusat,” ujar Suparmi.

Penerapan Siska yang dikembangkan di PT BKB merupakan role model produksi sapi berbiaya rendah yang ke depannya dapat diduplikasi semua perusahaan besar swasta dan BUMN perkebunan di Kalsel maupun secara nasional.[agus]
Lebih baru Lebih lama